Postingan 13 Januari 2015
Barusan sampai rumah menjelang magrib tadi. Sore ini dingin sekali. Suhu minus 2 derajat tapi real feel nya minus 5 derajat. Baru jalan beberapa meter aja tangan udah kayak membeku. Ayah sedang ada kelas. Sementara tempat tinggal kami di lantai 4 dan gak ada lift. Bagaimana aq akan bawa stroller ke atas? Ah, nanti kutinggal di bawah dulu aja, pikirku.
Tiba-tiba ada yang menyapa,
“Do you need any help to bring your stroller?” tanya anak muda berambut gondrong.
“Oh..yes, thank you very much. But my room on the 4th floor.”
“It’s ok. Anyway are you muslim?”
“Yes, i’am.”
“Subhanallah, i’m muslim too.”
“Alhamdulillah. So Are you live here?”
“Yes, i’m on the 3th floor.”
Lalu Lili kugendong, Sofie lari duluan dan si mas gondrong beneran mbawain stroller lili ke depan tempat tinggal kami. Sebelum berpisah, dia duluan yg salam dan langsung pergi begitu aja. Aku malah terpaku, mau nanyain namanya aja gak keluar kata2 dari mulutku. Soalnya ini tangan dingin banget, dan sambil gendong lili agak ribet buka kunci rumah.
Dalam kondisi kedinginan, dan lelah karena lembur tulisan sejak pagi di perpustakaan dan galau karena detlen dah lewat dan tulisan belum beres, sementara dari tadi Lili rewel, pertolongan tadi sungguh berharga. Seakan Allah ingatkan untuk selalu dan selalu bersyukur. Bahwa pertolongan-Nya sungguh dekat.
Dan buat si mas gondrong yang aq belum tau namanya, makasih ya. Pingin deh kujodohin sama temen akhwat yang masih lajang, di Indonesia sana. Hayo siapa mau? ^_^