Postingan 12 Januari 2015
Bagian pertama tulisan bisa di baca di sini
Bagian kedua tulisan bisa di baca di sini
Selasa pagi (pekan lalu) dengan membawa lembar keterangan imunisasi tambahan, kami berempat ke sekolahnya Sofie. Saat itu jam 9 pagi, sampai sekolah anak2 sudah masuk. Oya sekolah di sini masuk jam 9 pagi dan pulang jam 15.30 dan berlaku untuk kelas 1-6.
Sampai di sekolah, ngurus berkas di kantor dan sebelum masuk kelas Sofie ditanya, “Would you like to riding school bus, Sofie?”
Sofie menjawab dengan mantap, “Yes, I like bus.” (Batinku, weelah dah nyambung juga diajak ngobrol bahas Inggris..)
Tapi pas si ibu ngambil form untuk ngisi alamat dan tempat pemberhentian bus terdekat dengan apartemen kami, tiba2 sofie berbisik di telinga ayah,
“Ayah, bus itu apa sih?” (Hahaha.Jadi ternyata dia tidak tahu saudara..sudara).
Dan setelah dijelaskan, dia memekik gembira, “Hore aku naik bis ke sekolah kayak Franklin.”
Padahal, jarak apartemen ke sekolah paling cuma 400m. Jarak dari apartemen ke bus stop kira2 300m. Gak beda jauh lah. Tapi berhubung anaknya gembira banget masak iya kita larang-larang 🙂
Setelah urusan bus beres, masuklah Sofie ke kelasnya. Kelas Sofie berisi 15 anak. Meja dan kursinya kecil, seukuran anak. Mejanya tidak dicat, warna cokelat kayu. Kursinya warna biru. Di kelas, selain meja kursi banyak barang yang jadi bahan belajar, seperti buku-buku, mainan, bola, dan masih banyak lagi.
Di meja Miss Addison (gurunya Sofie) terdapat laptop dengan infokus. Jadi sehari-hari mereka belajar dengan panduan belajar yang sudah dibuat Ms Addison. Oya pelajaran kelas 1 cuma 4, Reading, Writing, Math and Science.
Kata Sofie hari itu dia belajat tentang membaca buku. Jadi anak-anak membaca buku terus ada salah satu yang menceeitakan di depan. Mereka juga belajar di ruangan lain. Tapi yang dipelajari entah apa, Sofie kesulitan menjelaskan. Mungkin karena dia juga belum terlalu paham bahasa Inggris.
Oya dalam sehari anak-anak istirahat sekali. Biasanya mereka main di taman dekat sekolah. Dan makan siang antara jam 12-13. Untuk makan siang, anak2 bisa bawa dari rumah atau “katering” dari sekolah. Kata Sofie, “Tempat makannya luassss banget. Anak2 yang enggak bawa makan ambil makanan sendiri bu. Makanannya ada roti, sayur, buah.”
Sepulang sekolah ada lembar dari sekolah, isinya PR selama seminggu. PR setiap hari adalah membaca buku 20 menit dan di akhir pekan si anak harus menceritakan hasil bacaannya ke orangtua. Untuk menulis, anak hanya disuruh menulis satu kalimat dengan 2 kata yang ada. Misalnya make kata Norfolk dan Virginia beach. Berhitung, anak diminta membuat tabel, misalnya 1 anak memiliki 2 mata. Kalau 2 anak, berapa jumlah matanya? Kalau 3,4,5 dan 6 anak, berapa jumlah mata mereka? Semacam itulah. Untuk science, ada tugas untuk melihat langit malam ini, lalu gambar dan tuliskan apa yang kamu lihat. Jadi selain membaca selama 20 menit, setiap hari ada tugas menulis, matematika dan science yang beda2 tapi kurang lebih sama yang kucontohkan tadi. Setiap akhir pekan, buku PR dikumpulkan, dengan tanda tangan orangtua. Lalu hari jumat (Sabtu dan Minggu sekolah libur), ada form lagi berisi kometar guru tentang PR Sofie dan kolom catatan buat orangtua.
Pekan ini kami tulis: “Sofie very excited to go to school everyday, but she has limitation in term of language. She likes to read but struggling to read english materials.”
Oya, beberapa hari yang lalu ada edaran dari sekolah untuk ditanda tangani mengenai program English for Second Language Program (ESLP). Jadi untuk anak2 yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, dimasukkan dalam program ini. Tapi program ini integral dengan pelajaran di sekolah, jadi tidak mengambil waktu tersendiri. Pada hari2 tertentu anak2 peserta ESLP berkumpul dan belajar di jelas tersendiri.
Di awal2 masuk, hampir tiap hari Sofie membawa pulang form untuk ditandatangani orangtua. Ada banyak sekali ‘aturan’ yang dibuat sekolah dan mereka meminta ijin pada orangtua. Salah satunya mereka minta ijin untuk memuat foto anak (yang akan diambil di acara2 sekolah) untuk brosur dan publikasi sekolah. Sekolah juga meminta orangtua aktif dalam PTA (Parent Teaching Assistance).
Menariknya, sekolah juga menjunjung tinggi kebebasan setiap anak. Anak2 boleh tidak menghormat ke bendera Amerika dan boleh juga tidak mengikuti kegiatan2 sekolah yang bertentangan dengan keyakinan. Soal pakaian juga tidak ada aturan khusus, jadi tidak masalah setiap hari Sofie memakai jilbab ke sekolah.
Cuma satu hal yang agak sulit buat kami, mengenai shalat. Sekolahnya Sofie, kan, sampai sore tuh, jd melewati shalat dhuhur. Kami konsultasi dengan teman2 muslim di sini, kata mereka untuk anak2 yang sudah besar, mereka boleh, kok, ijin shalat dhuhur. Cuma untuk anak2 yang masih kecil, biasanya mereka belum berani ijin shalat jadi terpaksa shalat dhuhurnya dijamak dengan shalat ashar di rumah. Terpaksa kami juga mengambil pilihan itu buat Sofie. Semoga dengan semakin bertambahnya usia dan lancarnya berbahasa, suatu saat nanti dia juga bisa shalat di sekolah.
Jadi, sudah 4 hari Sofie sekolah. Setiap hari dia sangat antusias berangkat dan mengerjakan PR. Bahkan ada hari dimana kami sekeluarga diundang makan malam oleh teman dari Pakistan. Karena sampai rumah sudah agak malam kutawarkan ke Sofie untuk mengerjakan PR pagi hari sebelum berangkat. Tapi dia keukeuh mengerjakan malam itu.
Pernah juga dia batuk2 lalu kutanya, “Sofie sakit? Apa mau gak masuk sekolah dulu?” Dia langsung memohon-mohon. “Enggak bu, aku suka sekali sekolah. Jadi please please aku mau sekolah ibu.” (Lebay ya si Sofie ^_^)
Setiap hari dia berangkat sekolah dengan riang sambil lari2. Padahal lho, suhu udara pas kapan itu sampai minus 10. Tapi dia santai aja tuh, kayak gak kedinginan. Semoga terus semangat sekolah, ya, Nak !
…Tamat…