New Year at New York (2)

Postingan 1 Januari 2015

Bagian pertama ada di sini

freedom-tower
foto dari: TripAdvisor

Beres urusan imigrasi, saatnya memenuhi perintah Allah, yakni shalat Shubuh. Jika di bandara-bandara Indonesia bertebar mushala jangan harapkan hal yang sama di Amerika. Kami pun berwudhu lalu mencari salah satu sudut yang tidak terlalu banyak orang lalu lalang. Dengan “pagar” berupa troli berisi 8 tas dan stroller Lili kami pun shalat Shubuh.

Setelah shalat kami menuju stasiun Air Train (kereta listrik semacam MRT) untuk menuju Federal Circle yang merupakan titik penjemputan shuttle hotel.
Dasar, ya, perempuan Selama di bandara JFK (dan kemarin di bandara Baiyun-Guangzhou) aku asyik mengamati sepatu boot dan jaket-jaket yang dipake para perempuan yang lalu lalang. Ih bagus-bagus banget. Aku bukan penggemar sepatu boot, sih, tapi seneng liat sepatu boot yang bagus-bagus. Ada yang semata kaki, sebetis, banyak juga yang selutut. Macam-macam bentuk dan warnanya. Umumnya mereka pakai legging atau celana panjang ketat yang ujungnya dimasukkan ke dalam boot. Terus atasannya pake coat panjang dengan berbagai variasi. Cakep, deh!
Kalau pakai jilbab dengan rok dan gamis, gimana, ya, pake boot-nya? Masak, sih, sepatu boot cuma buat mereka yang pake celana panjang? Tapi kalau pake rok panjang, boot-nya nggak kelihatan dong. Eh, lha, kok, malah ngelantur ngomongin boot. Hihi
Lanjut lagi..

Saat keluar dari stasiun Federal Circle baru terasa beneran bagaimana suhu minus 3 derajat itu. Wus wus wus angin yg lebih dingin dari es menampar muka dan tangan (aku lupa tidak memakai kaus tangan). Udara dan angin yang dingin membuat kulit terasa kering. Lili kupeluk erat. Sekitar 10 menit menunggu jemputan hotel datang. Begitu masuk mobil, hawa hangat menyelimuti isi van.
Sepanjang perjalanan menuju hotel aku perhatikan jalanan masih sangat sepi. Saat itu jam 7 pagi, matahari baru terbit. Jalanan terasa sangat luas. Di kanan kiri banyak bangunan semacam gedung perkantoran, toko, hotel, apartemen. Uniknya mayoritas bangunan-bangunan itu memiliki dinding yang seperti bata ditumpuk begitu saja. Istilah jawanya “nggak dilepo” atau dilapisi campuran penutup bata yang biasanya dilapisi lagi dengan cat. Jadilah bangunan-bangunan di sini berwarna cokelat kemerahan khas warna bata. Mungkin tidak di semua wilayah NY sih, tapi demikianlah yang kulihat di daerah yang kulewati dan tempatku menginap di Jamanica.
Oh ya kami memang sengaja memutuskan menginap di New York meski cuma semalam. Pertimbangannya, demi pengiritan, kami memilih melanjutkan perjalanan NY-Norfolk dengan kereta. Gak kebayang aja habis perjalanan hampir 24 jam naik pesawat plus transit langsung naik kereta 8 jam-an. Dan ada nilai lebihnya kalau transit New York dulu, yaitu jadi bisa jalan-jalan. Kan, belum tau kapan bisa ke NY lagi. Kalau ke sini kan butuh tranportasi pulang pergi Norfolk-New York, beda dengan sekarang yang hanya butuh ngeluarin ongkos sejalan.

Tapi minusnya, ya, tentunya butuh dana tambahan buat akomodasi dan transportasi di NY, juga kondisi badan, khususnya anak-anak yang tentu tidak bisa dipaksakan. Dengan berbagai pertimbangan itu, kami putuskan untuk transit dan menginap semalam di NY.
Sampai hotel dan ceck-in, masya Allah melihat kasur empuk, kok, rasanya tidak tahan lagi. Cuma Sofie yang sempat mandi, yang lain langsung tepar, tidur nyenyak enggak tanggung-tanggung, hampir 12 jam! Cuma bangun sebentar untuk shalat Dhuhur-Ashar habis itu tidur lagi. Beneran, lho, mata ini kayak lengket, gak mau diajak melek. Ini kali ya yang disebut jetlag. Lewat deh rencana buat jalan-jalan siang ini….
…..Bersambung…

 

 

 

One thought on “New Year at New York (2)

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s