Postingan 4 Januari 2015
Lihat Bagian Kedua di sini
Lihat Bagian Pertama di sini

Saat bangun -setelah kurang lebih setengah hari tidur akibat jetlag- sudah jam 9 malam tanggal 31 des waktu NY. Perut lapar, enggak tau dimana bisa membeli makanan halal. Seperti biasa, kalau bingung sesuatu, kami cek di Mbah Gugel, dan ketemulah resto Halal Dynasti yang berjarak sekian kilometer dari penginapan.
Ke sananya naik apa? Karena tidak ada informasi bus/kereta ya udahlah kita pesan taxi. Tak berapa lama taxi datang, dan..saat keluar penginapan masya allah dinginnya…Muka yang tidak tertutup apa-apa langsung seperti ‘mengeras’ karena dingin. Angin yang menderu luar biasa kuat menampar badan.
Tak berapa lama taxi berjalan kami memasuki kawasan pusat kota Queen, ditandai dengan berbagai toko, supermarket, restoran, di kanan kiri jalan. Banyak juga yang memasang atribut natal dengan lampu flip flop di sekelilingnya. Orang-orang nampak bergegas berjalan dengan jaket tebal, celana jeans dan sepatu musim dingin. Mungkin mereka sedang menuju lokasi-lokasi yang menjadi pusat perayaan tahun baru.
CNN sedang manyangkan perayaan tahun baru di Times Square. Masya Allah ramainya. Orang berjubel menyaksikan berbagai atraksi. Gak kebayang, deh, ramai dan dinginnya..(hehe maaf, ya, kalau perbandinganya ‘tidak sebanding’) padahal aku cuma jalan berapa meter aja udah menggigil. Untunglah kami tidak jadi ke daerah sana (menghibur diri karena awalnya kami berencana ke Times Square).
Saat melihat-lihat ke kanan jalan, eh, kok, ada kebab halal di pinggir jalan, tak jauh dari situ ada Amina Resto, Halal Thai Resto, juga ada beberapa grocery dengan satu dua sosok berjilbab di dalamnya. Saat nengok sebelah kiri itu dia restoran Halal Dinasty yang menyediakan makanan halal khas Malaysia dan China. Lalu kami memutar dan taxi berhenti tepat di depan resto. Tapi dari luar restorannya terlihat tidak nyaman, kursinya hanya sedikit dan kurang bersih. Kami mengurungkan niat untuk masuk dan memilih melanjutkan jalan kaki untuk mencari resto yang lebih nyaman.
“Lapar bu,” teriakan khas Sofie mengingatkan untuk segera menentukan pilihan. Pas di seberang jalan terdapat Halal Crown Cicken, kebetulan dari kemarin Sofie minta makan di K*C mulu ya udah deh kita masuk, pesan kentang dan ayam goreng, pizza dan cokelat panas.
“Assalamu’alaikum, Brother,” pelayan resto menyapa kami dengan ramah. Rasanya gimana gitu mendengar salam di negeri yang kita mesti nyempil-nyempil kalau mau shalat di tempat umum. Tak lama kemudian seorang laki-laki masuk dan juga memesan makanan. Saat melihat aku dan Sofie yang berjilbab, dia langsung menepuk punggung mas Sigit, menguluk salam dan menjabat tangan dengan erat. Si Brother berasal dari Bangladesh, bekerja dan tinggal di New York.
Selesai makan, kami melanjutkan jalan-jalan, sempat berpikir untuk ke pusat kota, tapi udara dingin sekali dan sudah jam 11 an malam. Khawatir kesulitan mendapat kendaraan untuk balik ke penginapan. Tangan dan muka seperti beku, kalau sudah nggak kuat, kami masuk aja ke grocery, atau tempat makan, sekedar untuk beli minum, beberapa cemilan atau bahkan cuma melihat-lihat. Sebenarnya tujuan utamanya, sih numpang ngangetin badan. Karena semua toko itu punya penghangan ruangan jadi kalau masuk langsung terasa hangat. Hehe
Di sepanjang jalan banyak orang menyapa “Happy New Year”. Di Manaan Supermarket seorang kasir menyapaku “Are you Malaysian?”
“No, I’am Indonesian.”
“Oh yea, I know Indonesia. I have been at Bali.”
“Did you go for holiday there?”
“No, I went there for business. It’s beautiful places.”
“Yes, indeed! Anyway where are you from?”
“Iam Bangladeshi.”
(Banyak banget orang Bangladesh di sini. Dan fakta ini dikonfirmasi oleh ust Shamsi Ali sehari setelah itu ketika kami berkunjung ke kediaman beliau)
Di supermatket itu aku melihat selebaran mengenai kegiatan di Jamaica Muslim Centre/JMC. (Pasti JMC ada di deket sini. Tapi sebelah mana ya…)
Dan..menjelang pergantian tahun kami pun kembali ke penginapan..
Tamat