Masih lanjutan perjalan bersama tim Majalah Ummi pada Desember 2013
Cerita sebelumnya bisa di baca di sini

Waktu aku dan 3 teman lain jalan-jalan ke Malaysia, Singapura dan Thailand, kami juga mampir ke Pattani. Sebelumnya aku selalu mengira kalau Pattani tidak aman, sebagaimana yang dilansir berbagai media bahwa sering ada bom meledak di berbagai tempat, baku hantam dan sejenisnya. Namun pandangan itu langsung sirna saat ada kunjungan dari Muslim Pattani ke Jakarta pada tahun 2011. Saat itu aku bertugas meliput acara pertemuan dengan rombongan Pattani di rumah Bapak Tifatul Sembiring yang kala itu menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Infromatika. Dari acara itu aku jadi kenal dengan beberapa muslim Pattani dan mereka juga yang kuhubungi saat berkunjung ke sana pada 2012 serta kunjungan bersama majalah Ummi pada 2013.
Saat pertama berkunjung pada 2012, aku sangat terharu dengan sambutan yang sangat meriah. Mereka menjemput kami di Hatyai, menyediakan penginapan, makanan, acara kunjungan ke tempat-tempat wisata di Pattani, juga secara khusus menyelenggarakan pertemuan dengan tokoh-tokoh muslim setempat. Ada salah satu bapak di Pattani yang ternyata lulusan dari Yogyakarta, Beberapa yang lain lulusan dari Malaysia.
Adakah kendala dengan bahasa?
Mungkin belum banyak yang tahu bahwa mayoritas muslim Pattai bicara bahasa Melayu dengan dialek yang sedikit berbeda dengan Melayu-nya orang Malaysia. Mereka selalu dengan bangga menyampaikan bahwa nenek moyang mereka berasal dari Malaysia. Sebagian juga fasih berbahasa Inggris. Namun untuk bicara sehari-hari mereka bicara bahasa Thai.
Pattani yang berada di sebelah selatan Thailand ini bersam Yala, Narathiwat dan Songkla adalah kota-kota kecil dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Dahulunya ada kerajaan Islam Pattani yang kemudikan ditundukkan oleh pemerintah Siam (Thailand) tahun 1785. Sekian lama masyarakat muslim Pattani merasakan perlakuan yang tidak adil karena itu muncul kelompok separatis yang ingin memisahkan diri dari Thailand. Inilah asal muasal sering terjadi kasus pengeboman atau penembakan dengan sasaran para polisi atau tentara.
Namun sekitar 30 tahun terakhir, muslim Pattani memilih berjuang dengan cara lain. Mereka membangun lembaga pendidikan berkualitas, mulai dari jenjang TK hingga perguruan tinggi, juga menguatkan berbagai lembaga sosial termasuk membangun Rumah Sakit skala nasional. Saat kami ke sana pada 2013, mereka membawa rombongan kami ke komplek Darul Iman Madinah Al Salam perumahan yang terintegrasi dengan lembaga pendidikan, masjid, pusat perbelanjaan dan rumah sakit, yang sedang dalam proses penyelesaian pembangunan. Mereka mengirimkan mahasiswa-mahasiswa untuk sekolah ke luar negeri serta memberikan beasiswa-beasiswa untuk mahasiswa asing untuk belajar ke Prince of Songkla University.
Saat berada di sana, terasa sekali ketulusan dan kehangatan persaudaraan mereka. Dan jangan mengira para muslim di Pattani tertindas, miskin, tidak berpendidikan, mereka justru menampilkan dirinya sebagai keluarga-keluarga mandiri, banyak yang menjadi pengusaha makanan, minuman, pemilik kedai makan bahkan pom bensin besar. Banyak muslimah yang berprofesi sebagai dokter, dosen, peneliti, dan lain lain. Namun mereka memiliki karakter yang khas yaitu sikap santun, rendah hati, namun akrab dan sangat tulus dalam melayani tamu. Hati ini serasa meleleh saat berinteraksi sama mereka. Ingin rasanya kembali dan berkunjung ke sana lagi.
One thought on “Jalan-jalan ke Pattani”