Enggak pernah terbayang sebelumnya kalau tinggal di Amerika akan ‘memaksa’ku untuk bisa menyetir. Dalam bayanganku, di sini moda transportasi umum bagus dan mudah, jadi kemana-mana tinggal naik bus atau kereta subway. Namun saat sampai di Norfolk, awal tahun 2015 dan menyaksikan sarana transportasi umum di kota ini, bayangan indah itu langsung sirna.
Di Norfolk, sebenarnya ada bus Hampton Roads Transit dan kereta Tide Light Rail. Sayangnya, armada bus yang tersedia tidak banyak. Seringkali untuk menuju satu tempat (contoh: Walmart terdekat) mesti ganti bus dua kali yang jadwalnya kurang sinkron. Jadi waktu tempuh jadi lebih lama dibanding naik kendaraan pribadi. Sementara kereta Tide hanya melewati rute tertentu. Di area kampus Old Dominion University, tempat kami tinggal, tidak bisa mengakses kereta ini. Alhasil, bagi ibu dengan anak tiga, apalagi yang dua bocah masih balita, moda transportasi umum bukan pilihan menarik.
Alhamdulillah beberapa saat setelah tinggal di sini, kami mendapat hibah mobil. Tapi, jadwal suami sekolah cukup padat. Jadilah aku banyak menganggur di rumah, karena menunggu pak Sopir yang sibuk sekolah 🙂
Sejak saat itu aku bertekad untuk belajar nyetir. Biar bisa pergi-pergi sendiri. Aku pun mulai mengumpulkan informasi untuk ujian menyetir.
Untuk mendapat SIM di tiap state di Amerika berbeda, di Virginia (negara bagian tempat kami tinggal), mesti melalui dua tahap. Pertama, mesti lulus ujian tulis, kedua, harus lulus ujian menyetir mobil. Bagi mereka yang sudah memiliki SIM dari negara asal, dari ujian tulis ke ujian menyetir bisa dilakukan segera. Seperti mas Sigit (suamiku), setelah lulus ujian tulis, dia hanya berlatih menyetir beberapa hari untuk membiasakan menyetir di sisi kiri (Indonesia) ke jalur kanan (Amerika). Setelah kurang lebih seminggu, dia ujian menyetir, lulus dan dapat SIM.
Buat aku yang belum punya SIM A dari Indonesia, setelah lulus ujian tulis mesti menunggu setidaknya 60 hari untuk mengikuti ujian menyetir. Dalam rentang waktu itu, aku latihan menyetir dengan didampingi oranglain yang memiliki SIM (aku sih didampingi Mas Sigit).
Ujian tulisnya terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi 10 pertanyaan tentang rambu dan tanda lalu lintas. Sepuluh pertanyaan ini harus dijawab benar tanpa ada kesalahan satu pun. Jika salah satu saja, kita langsung gagal. Bagian kedua, berisi 30 pertanyaan, dan kita harus menjawab benar setidaknya 24 pertanyaan.

Jika kita gagal di ujian tulis, boleh mengulang 3 kali. Namun untuk mengajukan permohonan ujian berikutnya kita mesti menunggu setidaknya 7 hari. Oh ya jika kita gagal lulus ujian, tidak dikenakan biaya apapun.
Ujian pertama, aku gagal di bagian pertama. Alhamdulillah saat ujian kedua aku lulus. Begitu juga saat ujian menyetir, aku gagal di ujian pertama. Soalnya penguji yang pertama ini orang African American yang ngomongnya cepet banget dan kurang jelas. Mmebuatku jadi grogi dan akhirnya si penguji menyatakan kalau aku belum siap ujian.
Saat ujian nyetir yang kedua, aku bilang aja sama pengujinya, kalau bahasa Inggrisku kurang lancar. Jadi aku minta dia bicara dengan pelan dan tidak terburu-buru memberi perintah. Aku juga minta ijin mengulang perintahnya, untuk memastikan aku tidak salah dengar. Alhamdulillah, si ibu penguji mau memahami. Jadi aku mengikuti ujian dengan tenang dan lancar.
Oya ujian menyetirnya, kita dengan didampingi penguji menyetir ke jalan raya. Sebelum jalan, kita akan diminta menghidupkan mobil, menghidupkan lampu tanda belok kanan, belok kiri dan lampu darurat. Juga diminta memundurkan mobil. Saat mobil berjalan, kita akan diminta belok kanan dan kiri. Juga akan dinilai kecepatan saat kita memasuki area pemukiman dan berapa lama kita berhenti saat melihat STOP sign.
Secara umum, mengikuti ujian menyetir di sini cukup gampang. Semua informasinya terhimpun dalam buku panduan yang bisa didapat di kantor DMV (Department of Motor Vehicles) terdekat. Kita juga melakukan latihan ujian tulis secara online.

Akhirnya, hampir setahun setelah aku datang kesini (atau sekitar Desember 2015) aku resmi bisa menyetir. Awal-awal masih takut menyetir di highway, sekarang alhamdulillah sudah pede nyetir di mana aja. bahkan antar negara bagian. Namun tantangannya adalah, apakah aku akan berani menyetir saat kembali ke Jakarta nanti? 😀