Tulisan ini telah dimuat di majalah Colours Middle East edisi Dec-Jan 2017
Raih Berkah Hidup, Muliakan Anak Yatim
Tak ingin lalai dengan besarnya nikmat yang diberikan Allah, Opick mengasuh puluhan anak yatim dan memperlakukan mereka seperti anak sendiri.
Teks: Aini Firdaus
Berpakaian serba hitam dengan surban putih, lelaki yang memiliki nama panjang Aunur Rofiq Lilfirdaus ini tampak menjiwai lagu terbarunya, Sang Maha Cahaya. Dengan iringan musik yang mengalun lembut, Opick melantunkan syair berisi pujian, rasa syukur dan penyerahan diri pada Sang Maha Sempurna. Siapa saja yang mendengar lantunan lagu tersebut pasti akan terpekur, tunduk pada kesadaran akan kekuasaan Allah yang Maha Pencipta.
Kemampuan Opick membawakan lagu Islami dengan penuh penghayatan menjadi salah satu daya tarik penyanyi kelahiran Jember tahun 1974 ini. Perjalanan panjang sebagai penyanyi rock, tujuh album yang tidak mampu menembus pasar musik Indonesia menjadi latar belakang yang tak pernah disesalinya. Karena dari pengalaman tersebut, penyanyi yang terkenal dengan lagu Tombo Ati ini berkaca dan menempa diri. Dari jejak masa lalunya pula, dia mendapat inspirasi tema-tema lagunya yang berupa kesadaran diri, taubat, kerinduan pada Allah dan Rasul serta masih banyak lagi.
Mengaku terus berproses menjadi manusia yang lebih baik, Opick berharap lagu-lagunya menjadi pengingat, terutama bagi dirinya sendiri. Bahwa dunia ini sementara, akhirat adalah tempat akhir perjalanan manusia. Melalui 12 album karyanya, ayah 5 putri ini senantiasa berpesan bahwa selalu ada jalan bagi siapa saja untuk kembali pada Allah, kendati langkah sudah tersesat jauh.
Selain sibuk memenuhi undangan menyanyi, beberapa tahun terakhir, Opick dan beberapa penembang religi lain terlibat dalam konser amal bagi negara-negara muslim yang tengah bergolak, seperti Palestina dan Suriah. Digandeng oleh sebuah lembaga kemanusiaan, penyuka warna hitam dan putih ini menggelar konser di beberapa kota di Indonesia dan luar negeri, seperti Malaysia, Hongkong, Korea, Mesir dan Qatar. Sambutan masyarakat cukup bagus, terbukti dengan banyaknya penonton yang hadir dan turut menyumbang dana dalam konser amal tersebut.
Gapai Barokah dengan Satuni Anak Yatim
Kesuksesan di jalur musik membuat Opick ingin mengejawantahkan syukur pada Allah. Salah satu bentuknya dengan bersedekah. Namun dia kesulitan untuk konsisten berderma.
“Seorang ulama mengatakan pada saya, untuk istiqomah bersedekah, saya harus membawa anak yatim ke rumah. Karena kalau tinggal bersama, entah dalam kondisi lapang atau sempit ,mereka sudah menjadi tanggungjawab saya,” ujar suami Dian Rositaningrum ini.
Sungguh-sungguh ingin menerapkan nasehat tersebut, Opick membangun kamar-kamar di rumahnya dan mengajak satu dua anak yatim tinggal bersamanya. Tak sekadar menjadikan anak yatim tersebut sebagai anak asuh, Opick dan istrinya memperlakukan mereka seperti anak kandung.
“Di rumah ada sekitar 25 anak yatim dan dhuafa laki-laki, berasal dari Jember, Lumajang, kampung sebelah dan tetangga sekitar. Kebanyakan diserahkan langsung oleh orangtua mereka untuk diajar ngaji dan menghafal Al Quran. Bahkan ada orangtua yang ingin menyerahkan anak berkebutuhan khusus (ABK) pada saya, namun saya tolak karena menurut saya anak-anak ABK tersebut masih sangat membutuhkan perhatian dan penanganan orangtua mereka secara langsung,” papar putra Abdul Ghoful dan Lilik Sholehah ini.
Bagi anak-anak tersebut Opick menyediakan guru-guru yang setiap hari datang mengajar. Ada guru Al Qur’an dan ilmu keislaman lain serta guru silat dan komputer. Untuk pelajaran umum anak-anak tersebut mengikuti program “Kejar Paket” A, B dan C. Sebagian dari mereka telah hafal Al Qur’an 30 juz.
Tinggal bersama puluhan anak di rumah, tentu bukan hal yang mudah terutama mengalokasikan waktu dan perhatian dengan kualitas yang sama pada setiap anak. Terkadang putri kandungnya merajuk juga karena merasa harus berbagi orangtua mereka dengan anak-anak yang lain. Namun Opick menyikapinya dengan santai dan sabar. Dia selalu menekankan pada anak-anaknya bahwa semua yang mereka miliki berasal dari Allah, dengan berbagi Allah akan menambah karunia-Nya.
“Semenjak ada anak-anak yatim tersebut yang saya rasakan hidup jadi lebih berkah. Jika banyak orang mengira saya menolong anak-anak yatim tersebut namun yang sebenarnya terjadi justru merekalah yang menolong saya. Dengan adanya mereka, banyak pertolongan datang dari arah yang tak disangka-sangka,” paparnya.
Tak ingin mencukupkan diri dengan mengasuh anak yatim-dhuafa di rumah, Opick bercita-cita membangun pesantren. Dia memimpikan lahan luas yang akan menjadi tempat anak-anak asuhnya menghafal Quran, belajar ilmu Islam serta keterampilan hidup, seperti beternak, bertani, berkebun. Sehingga mereka tumbuh menjadi sosok-sosok berakhlak mulia, memakmurkan masjid dan bermanfaat bagi lingkungan. Semoga!