Selama 3 tahun terakhir, setiap melakukan perjalanan kami sering menginap di airbnb. Mulai yang murah sekitar $20 satu kamar hingga 300 an dolar berupa satu rumah dengan dua kamar tidur berkapasitas 7-8 orang. Biasanya aku selalu mencari kamar/apartemen yang menyediakan dapur, wifi, dan parkir mobil serta tentu saja children-friendly. Pernah juga kami menginap di keluarga yang memiliki anjing tapi anjingnya dimasukkan kandang dan waktu itu kami terpaksa menginap di sana karena kepepet dan tidak ada alternatif lain.
Eh, sebelumnya mungkin ada yang belum tahu, airbnb itu, apa sih?
Airbnb itu sebuah situs yang menyediakan fasilitas menginap. Kita mesti mendaftar menjadi anggota kalau mau memanfaatkan fasilitas ini. Mendaftarnya, gampang, kok, mirip kayak mendaftar di facebook. Nah, setelah jadi anggota, setiap mau bepergian, kita tinggal masukkan kota yang akan kita tuju, beserta tanggal check-in dan check-out, mirip seperti booking hotel online. Kalau, mau cek, klik aja di sini!
Saat mengikuti konferensi tahunan Islamic Circle of Noth America (ICNA) April 2017 lalu kami menginap di apartemen airbnb yang fotonya di atas. Dari luar terlihat seperti bangunan tua (dan sepertinya memang tua beneran, terlihat dari model yang khas bangunan lama dan material bangunan yang sepintas seperti sudah lapuk namun masih kokoh) namun isi bangunannya sangat fungsional.
Apartemen ini memiliki 3 lantai, setiap lantai ada 2 studio yang terdiri dari kamar tidur, kamar mandi, dapur mungil dan balkoni. Ukuran kamar cukup luas buat kami sekeluarga. Terdapat lorong panjang yang membujur dari pintu masuk ke kamar tidur. Peralatannya cukup lengkap, mulai dari toaster, Coffee maker, microwave, kompor, oven, setrika, hingga mesin cuci. Balkoninya menyajikan pemandangan kota Baltimore dengan menara-menara gereja yang terlihat dari kejauhan.
Untuk kamar yang semalamnya seharga $52, apartemen ini tergolong murah. Berada di pusat kota, hanya 5-10 menit naik mobil ke The Baltimore Convention Centre, penginapan sekitar memasang tarif setidaknya dua kali lipat. Dan yang lebih menyenangkan, kami tidak perlu berbagi semua fasilitas dengan semua penghuni lain, ini nilai plus yang tidak selalu kami temui.
Di antara berbagai kamar airbnb tempat kami menginap, ini termasuk yang terbaik. Perlengkapan-perlengkapan ‘kecil’ dari pemilik, seperti sabun cuci piring, gula, garam, air minum, butter (buat pengganti minyak goreng buat nyeplok telur) cukup membantu buatku yang mesti ‘mbekel’ ketika di konfensi. Anak-anak juga seneng, internetnya kenceng, bisa main-main di balkoni.
Tapi menemukan apartemen airbnb yang nyaman itu juga untung-untungan. Kadang, pas nyari pas enggak ada juga. Jadi, sebelum browsing penginapan perlu banyak doa, biar dapat penginapan nyaman dan murah
Pernah juga kami menginap di salah satu apartemen airbnb yang kurang bersih, karpetnya berdebu, spreinya baru diganti tapi terlihat asal-asalan merapikannya. Sudah begitu, ada pintu yang menghubungkan dengan kamar sebelah dan pas aku iseng buka pintu, eh, tidak terkunci! Untung penghuni kamar tersebut sedang keluar namun ada barang-barang mereka seperti koper, dan lain-lain. Langsung saja pintunya kukunci dari dalam kamarku. Kalau menemukan apartemen seperti ini, aku tidak segan menulis pesan secara pribadi ke pemiliknya, menyampaikan mengenai kondisi kamar yang kurang bersih. Agar dia juga melakukan evaluasi dan memperbaiki layanan.
Mungkin ada yang bertanya, kalau menginap di Airbnb kita bertemu sama pemiliknya enggak sih?
Pengalamanku selama ini, sih, aku jarang ketemu sama pemilik apartemen. Umumnya, semua instruksi seperti lokasi kunci dan berbagai informasi penting terkait rumah sudah dikirimkan via email. Saat kami datang, kami masuk dan langsung ke kamar. Biasanya kami hanya di kamar saja, kecuali mau ke kamar mandi, dapur dan kadang ruang tamu. Bahkan pernah kami sampai apartemen airbnb malam banget, langsung ke kamar, shalat dan tidur. Paginya hanya mandi dan langsung pergi lagi.
Tapi, ya, pernah juga kami ketemu sama pemilik rumah dan mengobrol di ruang tamu. Pernah juga kami ketemu penghuni apartemen lain dan berbincang-bincang di dapur. Aku pribadi lebih suka enggak ketemu siapa-siapa, karena biasanya kalau jalan-jalan kami tidak tinggal lama di penginapan. Cuma datang malam hari dan pergi pagi-pagi, jadi biasanya sampai penginapan/apartemen airbnb badan sudah capek dan inginnya langsung tidur.
Secara umum, aku sangat bersyukur dengan adanya airbnb. Pilihan menginap jadi beragam dan kami sering dapat yang sangat murah. Keamanannya juga terjamin, jika ada masalah dengan keuangan, pihak airbnb juga akan memoderasi kita dengan si pemilik. Jadi, ayo jalan-jalan dan menginap di airbnb. Kalau ada yang ingin mendaftar klik di sini ya..